Selasa, 16 Maret 2010

Nicvax Vaksin Anti Merokok Segera di Luncurkan !

Kabar gembira bagi anda yang ingin berhenti merokok, pasalnya GlaxoSmithKline dan Nabi Pharmaceuticals ( perusahaan yang mengembangkan obat), telah bersepakat untuk membuat dan memproduksi vaksin anti merokok. Jika hal ini terwujud, jutaan angka kematian yang disebabkan oleh rokok akan berkurang. NicVAX adalah vaksin yang bekerja mencegah nikotin dalam tembakau untuk masuk ke otak, ini dikarenakan apabila nikotin tersebut masuk ke dalam otak seseorang, maka orang tersebut akan mengalami ketagihan. cara kerja vaksin tersebut ialah menciptakan anti- tubuh yang mengikat molekul nikotin, mencegah mereka masuk ke dalam darah yang nantinya akan masuk ke otak. Jika berhasil, vaksin tersebut dapat membantu mencegah jutaan kematian yang disebabkan oleh rokok diseluruh dunia. Survey membuktikan, sementara sejumlah besar produk yang tersedia saat ini tingkat keberhasilan untuk memberhentikan seseorang merokok secara permanen sangat bervariasi. Data dari American Lung Association menyatakan bahwa angka kambuh di kalangan perokok setinggi 90 persen dalam satu tahun berhenti merokok. Jean Stephenne, presiden divisi biologi GSK itu mangatakan bahwa ini bisa menjadi solusi baru untuk membantu jutaan perokok yang ingin berhenti merokok.(telegraph.co.uk)

sumber

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1952661-nicvax-vaksin-anti-merokok-segera/

Jumat, 12 Maret 2010

Ngluyu MAP

RIWAYAT MAKAM MBAH GEDHONG NGLUYU NGANJUK

A. Mataram dalam Pemerintahan Panembahan Senopati (1586 – 1601) dan Pemerintahan Panembahan Seda Krapyak (1601 – 1613).
Setelah Pajang dan Demak dapat ditaklukkan, Panembahan Senopati berniat menjadi Raja Jawa. Sesudah mendapat persetujuan dari Sunan Giri, dikumpulkanlah semua Bupati yang telah takluk beserta bala tentaranya. Setelah mustaid segala-galanya, berangkatlah Baginda Panembahan Senopati akan menaklukkan Surabaya yang telah bersekutu dengan Panembahan Madiun dan Bupati Ponorogo. Laskar kedua belah pihak bertemu di Japan, tetapi untunglah pertempuran belum terjadi, karena datang dari pesuruh Sunan Giri untuk melerai kedua laskar itu. Masing-masing lalu pulang ke negerinya. Tetapi Surabaya bersikeras untuk melawan Mataram juga, karena mendapat bantuan dari Madiun dan Ponorogo. Ketika hal itu terdengar Panembahan Senopati, Madiun dan Ponorogo diserang sampai tunduk. Sesudah itu Pasuruan dan Kediri juga dapat dilumpuhkan.
Pada tahun 1587 Pajang dan Demak melawan, tetapi juga dapat ditundukkan lagi. Adipati Pajang lari ke Banten. Lain dari pada itu masih ada lagi negeri yang melawan antara lain Bupati Pati yang bernama Pragula. Panembahan Senopati menitahkan menaklukkan Bupati Pragula tersebut. Laskar Mataram dipimpin oleh Tumenggung Wiraguna. Dalam sebuah pertempuran hebat Bupati Pragula gugur. Semua putri diboyong ke Mataram oleh Tumenggung Wiraguna
B. Riwayat Hidup, Perjalanan Pangeran Suromangundjoyo Selayang Pandang.
Ketika Pati ditundukkan, putra Adipati Pragula yang bernama Pangeran Suromangundjojo beserta istri, keponakan, dan pengikut setianya berhasil melarikan diri ke Giri Gresik. Oleh Sunan Giri diberi petuah-petuah berbagai ilmu dan ajaran agama, kemasyarakatan, pertanian dan sebagainya.
Pangeran Suromangundjojo di Giri membuat tempat pemandian yang sampai sekarang dikenal dengan nama Telaga Giri. Oleh Sunan Giri, Pangeran Suramangunjaya dianjurkan membuat dan mendirikan desa di hutan Ngluyu dan Cabe. Dalam perjalanan menuju ke hutan Ngluyu dan Cabe, keponakan Pangeran Suromangundjojo yang menyertai beliau, ada yang jatuh cinta dengan penari Jawa (tandak) di desa Tlebung, daerah Bojonegoro. Selanjutnya bertempat tinggal di desa tersebut.


Pangeran Suromangundjojo meneruskan perjalanan menuju ke hutan Ngluyu dan Cabe, kemudian langsung menuju (njujuk : jujugan : jawa) dekat Ngluyu. Kemudian di kenal dengan nama/sebutan Jonggan. Pada waktu itu keponakan Pangeran Suromangundjojo yang bernama Suramangunonengan merasa sangat haus. Lalu tongkat Suromangundjojo ditancapkan di tanah, maka keluarlah air, selanjutnya menjadi sumber air yang sekarang dikenal orang dengan nama Sendang Sumber Waras atau Sendang Anggara sampai sekarang.
Sementara keponakan Pangeran Suromangundjojo membabat hutan Cabe, didirikan Desa Cabean. Pangeran Suromangundjojo membabat hutan Ngluyu, didirikan Desa Ngluyu. Beliau menetap di desa Ngluyu sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di sebelah barat laut desa yang sampai sekarang kita kenal sebagai makam mBah Gedhong.
CERITA TENTANG KEJADIAN ANEH
Menurut cerita yang ditulis Supardi Samani ayah Bambang Sancoko yang juga turun kedelapan Eyang Suromangundjojo, bahwa jarit parang merupakan kesukaan atau klangenan Pangeran Suromangundjojo. Kecuali itu beliau juga mempunyai piaraan macan putih, dan tidak suka minum minuman keras. Dan beliau berpesan agar orang lain termasuk anak turunnya tidak memakai jarit parang dan tidak minum minuman keras. Hal ini persis dengan apa yang pernah diterima Drs. Harmadi melalui wisik. Ketika itu Harmadi baru saja memangku jabatannya sebagai Camat Ngluyu. Dalam mimpinya pernah didatangi oleh sosok-sosok leluhur sebagaimana yang banyak diceritakan banyak orang tersebut. Karenanya dia sendiri menyakini adanya misteri jarit parang tersebut.
Selain dilarang memakai jarit parang dan menyediakan minuman keras, kata Juru Kunci Djakiran, Eyang Suromangundjojo yang diyakini makamnya ada di makam Gedong itu juga memberikan pantangan bagi para peziarah. Para peziarah seperti dituturkan juru kunci, harus dalam keadaan suci lahir bathin. Peziarah diwajibkan memakai sarung dan tidak memakai celana dalam. Biasanya setiap malam Jum’at Pahing ada sekitar 100 hingga 200 peziarah, hingga oleh juru kunci dibuatkan tempat khusus untuk menampung peziarah. Sebab, kata Djakiran, para peziarah juga banyak dari luar jawa. Misalnya Kalimantan, Bali, Sumatera.
Bagi peziarah diwajibkan suci dari hadast besar maupun kecil layaknya hendak sembahyang, hal itu dibenarkan Camat Ngluyu Gunarto. Bahkan, dia sendiri mengakui, bahwa pihaknya bersama Muspika pada saat menjelang Pemilu Legislatif tahun 2004 sempat sowan, ziarah ke makam mBah Gedong. Tujuannya agar Ngluyu aman. Ketika itu Kapolsek lupa belum melepas celana dalamnya. Akibatnya Pak Kapolsek merasakan ada yang menghempaskan hingga terhengkang.
Cerita lainnya yang dialami masyarakat Ngluyu dan sekitarnya adalah sebagai berikut :
1. Masih segar dalam ingatan, kejadian aneh bulan April 2004 yang lalu, yaitu sebuah peristiwa yang sempat menggegerkan SLTP Negeri 1 Ngluyu. Pada saat sekolah sedang melakukan kegiatan perpisahan, tiba-tiba suasana dipecahkan oleh turunnya hujan dengan disertai sambaran petir. Karuan saja panitia dibuat kalang kabut. Sebab, tidak disangka kalau siang itu bakal turun hujan. Apalagi bukan musim penghujan. Sebagian kalangan terutama masyarakat desa setempat, meyakini ada sesuatu yang tidak beres, terkait dengan hal-hal di luar nalar, alias berbau mistik. Sebagian besar memperkirakan, di sekitar arena tersebut pasti ada seseorang yang mengenakan jarit parang. Panitia terpaksa melakukan operasi. Ternyata seluruh panitia hingga siswa tidak ada yang membawa atau mengenakan jarit parang. Pencarianpun terus dilakukan hingga di luar SLTP Negeri 1. Ternyata seorang warga mengetahui ada seorang pedagang kain keliling sedang menawarkan dagangannya pada warga sekitar. Setelah warga mengoperasi seluruh kain dagangannya, ternyata ada dagangan berupa jarit parang. Spontan, warga meminta untuk segera membuang, atau segera meninggalkan lokasi keluar dari wilayah Desa Ngluyu. Beruntung si pedagang memakluminya, dan segera bergegas meninggalkan desa itu. Hasilnya, hujan yang disertai petirpun reda.
2. Peristiwa aneh lainnya, seperti dituturkan Satimo Kades Ngluyu , yaitu ketika lima tahun lalu, di lapangan desanya, Ludruk Kopasgad menggelar pentas. Saat itu, panggung, pagar porak poranda diterjang badai. Hingga mengalami kerugian besar. Penyebabnya, diyakini salah seorang penarinya mengenakan jarit parang. Padahal pimpinan Ludruk sudah berpesan untuk tidak mengenakan jarit parang. Tetapi si penari asal Kediri itu tidak percaya. Dampaknya panggung beserta isinya diterjang badai, dan sambaran petir.
3. Waras Riyanto warga Desa Tempuran juga menceriterakan seputar misteri jarit parang di Desa Ngluyu. Bulan Agustus tahun 2002, Carik Desa Gampeng menggelar hajatan dengan suguhan hiburan wayang kulit. Kebetulan waranggono membawa jarit parang di dalam kopernya. Akibatnya dari pagi hingga siang turun hujan dan petir. Si waranggono tersebut tidak sadarkan diri, dan si dalang namanya Asli Budiman beserta rekan-rekannya terserang diare terus menerus. Melalui seorang penabuh gamelan diketahui bahwa di koper waranggono terdapat jarit parang . Karenanya, oleh salah seorang warga jarit tersebut dibawa keluar Desa Ngluyu dan dibuang di Kali Watu Gandul. Barulah suasana normal kembali.
4. Kejadian serupa juga dialami mBah Mukmin asal Desa Puncu saat menggelar pentas wayang kulit dengan ki dalang Djoko Widodo dari Ngawi.
5. Masih menurut Waras Riyanto, pada Bulan September tahun 2002 ada hiburan tayuban di rumah Lasidi. Ceriteranya ada seorang warga yang tidak mempercayai larangan membawa jarit parang. Seorang warga tersebut sengaja membawa dari rumah dibawa ke pentas yang kebetulan pentasnya digelar siang hari. Sekitar jam 14.00 tiba-tiba turun hujan disertai sambaran petir, hingga terop roboh. Warga yang membawa jarit tersebut kemudian mengantar waranggono ke Ngrajek. Sepulangnya sampai di depan rumah Pak Lasidi orang tersebut terkena musibah kecelakaan hingga tewas seketika.
6. Ada juga ceritera lain ketika dilaksanakan Bhakti Karya Pramuka sekitar tahun 1990. Ketika itu berlokasi di Desa Tempuran. Bambang Sancoko selaku panitia sempat dibuat panik. Pasalnya, ada empat anak buahnya yang tiba-tiba kesurupan. Ketika itu panitia bersama warga setempat melakukan operasi terhadap barang-barang yang dibawa peserta. Ternyata ada empat siswa itu kebetulan membawa selimut dari rumah berupa jarit parang. Jarit-jarit itu kemudian di buang di sungai. Setelah siuman, keempat siswa itu mengaku tidak mengerti perihal larangan membawa jarit parang. Bahkan, hingga saat ini masyarakat Ngluyu, menurut Bambang yang guru SD itu, saat mengadakan pesta masih harus berhati-hati terhadap kado-kado yang diterima. Karena seperti yang sudah terjadi di desanya , ketika satu dari tumpukan kado itu terdapat kado berupa jarit parang, pasti terjadi musibah. Sehingga Bambang masih meyakini, misteri jarit parang di Ngluyu ternyata belum juga lekang.
7. Hal itu dibenarkan Toto Yitno, tokoh kelompok tani yang kini menekuni bidang photography. Katanya, sekitar tahun 1980 ada seorang guru agama dari Pace. “ Kalau ini nampaknya ada unsur kesengajaan, barangkali ingin membuktikan” tandas Toto Yitno. Saat itu sang guru agama menghadiri pesta pernikahan, dan ditunjuk panitia setempat untuk membacakan do'a tanda usainya acara resepsi. Usai do'a, para tamu geger, sebab pembaca do’a tersebut meninggal di tempat. “ Ya..barangkali ini memang takdir dari Yang Kuasa” tambah Toto. Melihat beberapa peristiwa keanehan tersebut, hingga sekarang masyarakat Ngluyu masih mempercayai misteri jarit parang.
8. “Contoh lain masih ada, tetapi ya..itulah kejadiannya,“ kata Djakiran (56) Juru Kunci keempat makam mBah Gedong. Menurut Djakiran saat ini warga di timur makam hingga rumah kepala desa juga tidak berani menggelar wayang kulit. Juga menyediakan minuman keras berupa arak. Sebab, seperti kejadian-kejadian sebelumnya ketika di rumah warga ada minuman arak, selalu didatangi siluman macan putih yang dipercaya binatang kesayangannya Eyang Suromangunjojo.
9. Mantan Camat Ngluyu Drs. Harmadi yang saat ini ( 2004 ) sebagai Kasubdin Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Daerah kembali menunjukkan kegetolannya dalam menggali sejarah. Drs. Harmadi terlihat sangat antusias tentang pendapatnya seputar gaung mistis legenda Jarit Parang di Ngluyu. Seperti diyakini oleh masyarakat diwilayah Kecamatan Nguyu, hingga saat ini dipantangkan mengenakan atau membawa jarit parang. Cerita itu terkait keberadaan makam Mbah Gedhong. Kalau itu dilanggar apalagi ada unsur kesengajaan, akan datang musibah secara mendadak. Contohnya yang baru saja terjadi tanggal 25 Mei 2004 lalu. Ketika itu seperti dituturkan saksi mata, Waras Riyanto, di Dukuh Cabean Desa Sugihwaras ada seorang warga yang sedang menggelar hajatan mantu. Kata Waras Riyanto yang juga salah satu Kasi di Sub Din Kebudayaan itu menuturkan, bahwa rombongan temanten dari Pacitan tidak sengaja membawa Jarit Parang. Begitu rombongam mulai memasuki wilayah Ngluyu, tanda-tanda bakal turun hujan sudah mulai nampak. Selang kemudian, hujan turun disertai mendung dan sambaran petir. Modin setempat kemudian mengetahui ada warga yang membawa Jarit Parang. Sehingga diperintahkan untuk membawa kearah selatan atau keluar dari wilayah Ngluyu. Sekejap kemudian suasana menjadi reda, dan pagelaran hajatan bisa dilanjutkan sekalipun terlambat.
10. Lain lagi bagi masyarakat Desa Banjarejo Rejoso. Cuaca mendung gelap yang menggelantung di atas wilayah Ngluyu, hingga membuat paniknya warga Desa Sugihwaras Ngluyu, Sadji petani Desa Banjarejo justru sudah sempat disyukuri. Pasalnya, banyak petani yang saat itu sedang menunggu turunnya hujan. Sementara, dari belahan utara saat itu memang nampak mendung, dengan sesekali terdengar bunyi petir. Sayangnya, ditunggu hingga malam, hujan tidak jadi turun.
11. Harmadi menyakini, legenda pantangan jarit parang tersebut masih lekat. Bahkan sebelum masuk wilayah Ngluyu sebagai Camat, Harmadi mengaku menyempatkan diri ziarah ke Makam mBah Gedhong. Berikutnya, sekitar sepuluh bulan kemudian tepatnya tanggal 23 Agustus 1998 sekitar jam : 03.00, Harmadi merasakan sebuah kegaiban muncul. Dia mengaku merasa ada yang membangunkan dari tidurnya. Katanya, saat itu dia merasa berdiri menghadap sebuah meja kecil . Dia berdiri bersebelahan dengan sosok perempuan mengenakan jarit parang barong. Didepannya berdiri dua sosok laki-laki masing-masing mengenakan udeng dan jarit parang rusak. Sedangkan sosok laki-laki satunya mengenakan udeng gadung biasa, dan jarit kawung. Sosok laki-laki yang mengenakan udeng dan jarit parang tersebut, kemudian memperkenalkan namanya adalah Gusti Hening Satrio Pamungkas. “Saat itu, beliau sambil menyodorkan tulisan yang menyebut nama Bagus Mangundjojo, dan Raden Ayu Latifah. “ Nampaknya tokoh wanita ini sepertinya adiknya Gusti Hening Satrio Pamungkas. Beliau-beliau ini diyakini keturunan Mataram “ tambah Harmadi. Perihal mimpi gaibnya tersebut, Harmadi kemudian mempublikasikan kebeberapa kerabat dekat termasuk sebagian tokoh masyarakat Ngluyu dan pers. Maksudnya, kata Harmadi, apabila ada terjadi kesalahan biar ada peringatan apapun bentuknya. Niat itu akhirnya membawa dampak. Lima hari kemudian, Harmadi bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat di bagian timur Desa Ngluyu, seperti di Desa Tempuran sekarang ini, terjadi geger, pertempuran, banyak rumah-rumah dibakar. Kemudian, penduduk yang dipimpin R.A. Latifah, lari ke wilayah Gampeng. Sebagian warga akhirnya betah tinggal disana. Sisanya kemudian menuju ke Dukuh Jeruk dan menetap pula ditempat itu. Lalu sisanya lagi, kata Harmadi, menuju Desa Cabean Sugihwaras. Karena daerahnya subur makmur, akhirnya memilih menetap di desa itu. “Karenanya, apakah karena adanya pertempuran itu, hingga desa tersebut dinamakan Desa Tempuran.” sambung Harmadi. Hanya saja masyarakat setempat hingga kini mempunyai legenda lain. Nama Tempuran, oleh ketiga tokoh yang diyakini yang babat alas, yaitu Kromorejo, Tadjoh, dan Kromotono pada abad ke-19, diambil dari pertemuan dua sungai yaitu sungai Jawa dan sungai Wates. Selain menyoal nilai magis mBah Gedong, Harmadi nampaknya saat ini sedang mengumpulkan nilai-nilai sejarah yang diperkirakan luput dari perhatian publik. Dia bahkan sedang menyusun sebuah tulisan tentang Ngliman, Bandaralim Demangan dan Jambi Baron. Menurutnya Desa Jambi sekarang ini, dulunya pada jaman Majapahit adalah tempat lokasi berdirinya Departemen Agama kala itu. Dia juga menyakini, kalau Maha Patih Gajah Mada yang berhasil menguasai nusantara dengan sumpah palapanya itu, meninggalnya di Nganjuk. Sebab, lereng Gunung Wilis termasuk hutan Bajulan, Ngetos dan Sawahan hingga Ponorogo, konon ceritanya dulu adalah pusat kerajaan besar. Karenanya ketika berhembus kabar dilokasi itu ada candi besar melebihi Candi Borobudur, seperti pernah di tulis Almarhum Kyai Haji Kharisudin Tohir, Harmadi nampaknya semakin yakin. Apalagi menitik sejarah keemasan Maha Patih Gajah Mada, menurutnya untuk menyatukan nusantara, pasti ada piandel andalan. Itu diyakini ada di Sawahan. Bahkan, dia juga menyebut diera tahun tujuh puluhan, ada seorang pejabat tinggi di Nganjuk yang mencoba mengerahkan kekuatan 23 orang supranatural untuk mengambil gaman (piandel) dimaksud, akhirnya gagal.

sumber
http://putra-wilis.blogspot.com/2007/09/riwayat-makam-mbah-gedhong-ngluyu.html#

Rabu, 10 Maret 2010

PERENCANAAN SPILLWAY BENDUNGAN KEDUNG WARAK KABUPATEN NGANJUK

PERENCANAAN SPILLWAY BENDUNGAN KEDUNG WARAK KABUPATEN NGANJUK

THE DESIGN OF KEDUNG WARAK DAM SPILLWAY NGANJUK REGENCY

Created by :
SUSILONINGSIH ( )


Subject: Spillwways
Keyword: Perencanaan
Dimensi pelimpah
Stabilitas

[ Description ]

Alasan yang mendasari perlu dibangunnya bendungan pada daerah Nganjuk antara lain karena run off dari sungai . sungai kecil melimpah pada musim hujan dan hampir kering pada musim kemarau. Potensi lokasi sumber air yang dapat dijadikan waduk salah satunya adalah di Kali Gondang yang merupakan anak sungai Widas yang terletak di Desa Ngluyu, Kecamatan Ngluyu dan untuk rencana as bendungan terletak di desa Kedung Warak. Rata . rata curah hujan tahunan adalah 1.650 mm/tahun berdasarkan data selama 20 tahun dari 3 stasiun hujan, yaitu stasiun Bangle di Kecamatan Lengkong, Gondang di Kecamatan Gondang dan Tempuran di Kecamatan Ngluyu. Ketiga stasiun tersebut terletak di Kabupaten Nganjuk. Luas tangkapan hujan di DAS Kedung Warak adalah seluas 30.76 km2 dengan total panjang sungai di semua ordo sepanjang 68.96 km. Dari hasil perhitungan perencanaan dengan menggunakan debit rencana 1000 tahun (Q1000th) didapatkan dimensi Spillway dengan lebar sebesar 45 m, elevasi puncak Spillway terletak pada ± 161 dengan dasar waduk terletak pada ± 159, elevasi puncak Tubuh Bendung terletak pada ± 164.25. Untuk perencanaan kolam olak dipakai kolam olak USBR tipe III dengan panjang kolam olak sebesar 3.5 m. Dari perencanaan didapatkan dimensi Spillway kemudian dilakukan perhitungan stabilitas terhadap guling, geser dan retak. Perhitungan kestabilan dihitung pada saat kondisi paling kritis, yaitu pada saat kondisi muka air setinggi puncak Spillway dan pada saat kondisi muka air setinggi debit rencana. Dari hasil perhitungan kestabilan didapat kesimpulan bahwa kestabilan Spillway memenuhi syarat.

Alt. Description

The main reason why to build a dam in Nganjuk Regency is needed are run off of river is excessive in the rainy season and dry in the dry season. One of the potential water resources is Gondang River which is one of tributaries of Widas River in Ngluyu Village, Ngluyu District and the midpoint of dam is located in Kedung Warak Village. The annual average rainfall intensity is 1650 mm / year, based on 20 years data of three rain stations, namely: Bangle rain station in Lengkong district, Gondang rain station in Gondang district and Tempuran rain station. All of them are located in Nganjuk Regency. The catchments area of Kedungwarak watershed is 30.76 km2 with total length of river is 68.96 km By using design flood 1000 years is obtained spillway design, 45 meter in width, elevation of crest spillway is +161, bed elevation of dam is +159 and elevation of crest main dam is 164.25. The design of stilling basin uses USBR Type III with 3.5 m in length. After getting the design of spillway, stability analysis is done. Stability analysis consists of stability of rolling, shift, and crack. This analysis is done in the most critical condition, when water surface is as high as spillway crest and as high as the design flood. The result of stability analysis shows that spillway stability full fills the requirement.


Contributor :

1. Ir. ABDULLAH HIDAYAT, SA.
Dr. Ir. EDIJATNO

Date Create : 17/07/2009
Type : Text
Format : pdf
Language : Indonesian
Identifier : ITS-Undergraduate-3100008033502
Collection ID : 3100008033502
Call Number : RSS 627.883 Sus p


Source :
Undergraduate Theses, Civil Engineering, RSS 627.883 Sus p, 2008

Selasa, 09 Maret 2010

Budidaya "Porang" Hutan Jati Tembus Pasar Jepang

Madiun (ANTARA News) - Budidaya tanaman Porang (Amorphophalus oncophyllus) yang dilakukan oleh masyarakat disela-sela hutan jati yang diwenangi Perum Perhutani Unit II Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Madiun, Jawa Timur (Jatim), ternyata mampu menembus ekspor pasar ke Jepang.

Pengakuan itu disampaikan Suyatno, Ketua Masyarakat Pengelola Sumberdaya Hutan (MPSDH) Wono Lestari yang masuk dalam Resor Pemangku Hutan (RPH) Panggung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Dagangan, Kabupaten Madiun, Kamis, saat kunjungan lapangan sejumlah wartawan yang difasilitasi "The Global Forest and Trade Work" (GFTN) WWF Indonesia.

Dalam pertemuan di tengah hutan yang masuk dalam KPH Madiun itu, mewakili 80 lebih petani di sekitar hutan jati yang membudidayakan tanaman Porang, ia menjelaskan bahwa dengan kerja sama dalam bentuk program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat), kini warga di sekitar hutan mulai merasakan peningkatan kesejahteraan.

MPSDH Wono Lestari, katanya, mendapat hak pengelolaan seluas 112 hektare (ha) lahan disela-sela hutan jati di KPH Madiun, yang dimanfaatkan untuk menanam Porang, yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi.

"Harga Porang bisa mencapai Rp2.500 untuk satu umbi dengan berat 4 kilogram," katanya dan menambahkan bahwa dalam hitungan normal 100 pohon Porang bisa menghasilkan Rp1 juta.

Untuk luasan 1 hektare, kata dia, bisa ditanam sebanyak 6.000 bibit, sehingga bisa menghasilkan 24 ton/hektare, yakni dengan penghitungan 6.000 dikalikan 4 kilogram.

"Dengan demikian, maka dalam hitungan kasar, jika satu hektare bisa menghasilkan 24 ton, dan dikalikan dengan harga Rp2.500/kilogram, kurang lebih bisa menghasilkan Rp60 juta," katanya.

"Dan itu (Insya Allah) bisa untuk biaya untuk melaksanakan ibadah haji," katanya menambahkan.

Sementara itu, Asisten Perhutani (Asper) BKPH Dagangan KPH Madiun Noor Imanudin --yang mewenangi pembinaan MPSDH Wono Lestari--menjelaskan bahwa melalui skema PKBM tersebut, maka seluruh manfaat dari budidaya tanaman di hutan jati sepenuhnya adalah untuk masyarakat.

"Jadi, hasil tanaman yang ditanam masyarakat di dalam hutan 100 persen untuk masyarakat," katanya dan menambahkan bahwa dalam skema kerja sama itu, maka masyarakat telah berkontribusi dengan ikut menjaga hutan jati dari praktik pencurian kayu.

Menurut Kepala Administratur KPH Madiun Kristomo, tekanan sosial masyarakat terhadap hutan, merupakan satu hal yang tidak dapat dihindari, sehingga pigaknya dituntut untuk mampu menyikapi hal tersebut dengan baik, karena merupakan tanggung jawab sosial (CSR).

Untuk mewujudkannya, kata dia, pihaknya telah mengembangkan program PHBM itu, dan salah satu yang telah dikembangkan adalah pemanfatan lahan di bawah tegakan (PLTD), dengan budidaya Porang, yang menjadi salah satu alternatif solusi untuk penyelesaian masalah sosial.

"Masyarakat diberi hak akses terhadap lahan di dalam hutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan salah satu usaha produktif yang dikembangkan dalam PLDT adalah tanaman Porang itu, dan kini telah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di hutan jati," katanya.

Meski manfaat budidaya Porang mampu memberikan kesejahteraan, namun menurut Ketua MPSDH Wono Lestari Suyatno, masyarakat menginginkan usaha mereka bisa terwadahi dengan lebih baik, yakni perlunya bantuan fasilitasi untuk dibentuk koperasi.

"Kami bersama puluhan masyarakat ingin membentuk badan usaha koperasi untuk tanaman Porang ini, mohon bantuan agar bisa dapat difasilitasi, khususnya soal modal," katanya.(A035/R009)

Porang, Umbi Lokal yang Moncer di Jepang

TIDAK banyak masyarakat —terutama di Jawa— yang mengenal tanaman porang (Amorphophallus onchophyllus). Tetapi kalau iles-iles atau suweg, tentu banyak orang yang sudah mengetahuinya.

Di Indonesia, tanaman porang memang dikenal dengan banyak nama, tergantung daerah asalnya. Misalnya acung atau acoan oray (Sunda), kajrong (Nganjuk).

Nah, orang Jawa biasa menyebutnya sebagai iles-iles atau suweg.
Porang sering dijumpai tumbuh liar di sejumlah hutan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Dengan harga jual Rp 1.000/kg, beberapa orang yang mengetahuinya tergerak untuk mencari umbi porang dari hutan ke hutan.

Mereka menjualnya ke pedagang pengepul, dengan keuntungan sekitar Rp 500/kg. Tetapi asal tahu saja, ketika diekspor ke Jepang, Taiwan, Thailand, Australia, dan sejumlah negara Eropa, harga jual umbi porang bisa mencapai Rp 15.000.

Pangsa pasar terbesar adalah Jepang. Umbi inilah yang diolah menjadi tepung, kemudian dijadikan penganan khas Jepang seperti konyaku dan shirataki.
Konyaku adalah sejenis jelly yang kaya akan serat. Sedangkan shirataki adalah mi tipis transparan, yang dibuat dari konyaku. Meski menjadi penganan khas Jepang, bahan baku berupa umbi porang didatangkan dari Indonesia.

Kini, permintaan terhadap umbi porang terus meningkat. Tak heran jika muncul beberapa eksportir baru. Mereka tidak menetapkan persyaratan terlalu ketat, kecuali harus kering dan bersih dari cendawan (jamur).

Banyak Manfaat

Di dalam negeri, umbi porang digunakan sebagai bahan pembuatan mi yang dipasarkan di sejumlah swalayan, atau untuk memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik.

Sedangkan di mancanegara, umbi porang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Pasalnya, umbi ini dimanfaatkan untuk keperluan industri tekstil (membuat kain mengkilap), perekat kertas, cat, kain katun, wool, dan bahan imitasi yang memiliki sifat lebih baik dari amilum serta harganya yang lebih murah.

Bahan ini juga dapat digunakan sebagai pengganti agar-agar dan gelatin sebagai bahan pembuat negative film, isolator, dan seluloid karena sifatnya yang mirip selulosa.

Zat glukomanan yang terkandung dalam umbi porang, jika dicampur dengan gliserin atau natrium hidroksida, bisa diolah untuk bahan kedap air.

Glukomanan juga dapat digunakan untuk menjernihkan air dan memurnikan bagian-bagian keloid yang terapung dalam industri bir, gula, minyak, dan serat.
Setiap pohon dewasa dapat menghasilkan 2 kg umbi porang. Biasanya, setiap hektare tanaman bisa meghasilkan 12 ton umbi segar atau sekitar 1,5 ton umbi kering. Umbi ini hanya tumbuh subur di musim hujan.

Tingginya permintaan pasar ternyata mampu mengubah cara masyarakat dalam memeroleh umbi porang. Kalau dulu mereka hanya mencarinya di hutan, kini mereka cenderung membudidayakannya.

Syarat Tumbuh

Usaha budidaya porang pada akhirnya makin meluas, antara lain di Nganjuk, Madiun, Jember, Ngawi, dan Wonogiri. Bahkan porang mulai dijadikan komoditas andalan bagi masyarakat sekitar hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Jawa.

Porang merupakan tumbuhan herba, menahun, tinggi tanaman 100-150 cm, dan umbi berada di dalam tanah. Umbinya mengandung zat glukomanan.
Batangnya tegak, lunak, halus, dan berwarna hijau atau hitam dengan belang-belang atau totol-totol putih. Batangnya tunggal, tetapi memecah menjadi tiga batang sekunder, dan akan memecah lagi menjadi tangkai daun.

Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bubil/katak berwarna cokelat kehitaman yang merupakan alat perkembangbiakan tanaman porang.

Tanaman ini memiliki sifat unik, yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau peneduh. Artinya, porang harus didampingi dengan tanaman pelindung. Ia hanya membutuhkan intensitas cahaya (matahari) maksimum sampai 40 persen.

Naungan ideal untuknya adalah pohon jati, mahoni, atau sonokeling. Meski bisa tumbuh pada daerah berketinggian 0-700 meter dari permukaan laut (m dpl), pertumbuhan paling bagus dicapai pada ketinggian 100-600 m dpl.

Agar hasil budidaya makin baik, diperlukan tanah yang gembur / subur dan tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal adalah 6-7, dan bisa pada kondisi jenis tanah apapun.

Perkembangbiakan

Perkembangbiakan dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Cara generatif dilakukan dengan penanaman buah / biji. Tiap empat tahun, tanaman porang akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah / biji. Satu tongkol buah bisa menghasilkan 250 biji, yang dapat digunakan sebagai bibit dengan cara disemaikan terlebih dulu.

Cara generatif juga bisa dilakukan dengan menggunakan ubi tetas ( bubil/katak). Katak dikumpulkan saat panen, lalu disimpan dan ditanam ketika memasuki musim hujan. Setiap 1 kg biasanya terdiri atas 100 butir katak.

Sedangkan cara vegetatif dilakukan melalui penanaman umbi. Anda dapat memakai umbi berukuran kecil, yang diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang terlalu rapat. Hasil pengurangan inilah yang dikumpulkan dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit.

Bisa juga menggunakan umbi berukuran besar. Namun, umbi ini harus dipecah-pecah dulu sesuai dengan selera, kemudian ditanam pada lahan yang telah disiapkan.

Jika ditanam pada lahan datar, sebaiknya lahan diolah terlebih dulu dengan membuat guludan (timbunan tanah) setinggi 25 cm dan lebar 50 meter. Jika lahannya miring, maka lahan cukup dilubangi dan ditanami bibit. Panen baru bisa dilakukan tiga tahun setelah penanaman secara generatif, tetapi kalau menggunakan cara vegetatif bisa dipercepat menjadi satu tahun saja. (Amanah-32)

Budidaya Umbi Hutan (Porang)

A. Pendahuluan

Tanaman Porang adalah tanaman daerah tropis yang termasuk family iles-iles. Tanaman ini mempunyai umbi yang kandungan Glucomanan-nya cukup tinggi.

B. Morfologi Porang
Tanaman Porang merupakan tumbuhan herba dan menchun. Batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil/katak berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman Porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah.
Di Indonesia tanaman Porang dikenal dengan banyak nama tergantung pada daerah asalnya. Misalnya disebut acung atau acoan oray (Sunda), Kajrong (Nganjuk) dll. Banyak jenis tanaman yang sangat mirip dengan Porang yaitu diantaranya: Suweg, Iles-iles dan Walur.

C. Syarat Tumbuh
Tanaman Porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya.
1. Keadaan Iklim

Tanaman Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 – 600 M dpl.

2. Keadaan Tanah

Untuk hasil yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 – 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja.

3. Kondisi Lingkungan

Naungan yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik.

D. Perkembangbiakan Porang
Perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu anatara lain:
1. Perkembangbiakan dengan Katak

Dalam 1 kg Katak berisi sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.

2. Perkembangbiakan dengan Biji/Buah

Tanaman Porang pada setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji. Dalam satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit Porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.

3. Perkembangbiakan dengan Unbi

- Dengan umbi yang kecil, ini diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit.

- Dengan umbi yang besar, ini dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut dipecah-pecah sesuai dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah di siapkan.

E. Budidaya Porang di perum Perhutani
Budidaya Porang telah dilaksanakan di dalam kawasan hutan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur seluas 1605,3 Ha, yang meliputi beberapa wilayah KPH sebagai berikut:
No KPH Luas (Ha)
1 Jember 121,3
2 Nganjuk 759,8
3 Padangan 3,9
4 Saradan 615,0
5 Bojonegoro 35,3
6 Madiun 70,0

F. Manfaat Porang
Manfaat Porang banyak sekali terutama untuk industri dan kesehatan, hal ini terutama karena kandungan zat Glucomanan yang ada di dalamnya. Adapun manfaat unbi Porang adalah sebagai berikut:
1. Bahan lem
2. Juli
3. Mie
4. Conyaku/tahu
5. Felem
6. Perekat tablet
7. Pembungkus kapsul
8. Penguat kertas

G. Pemasaran

Pangsa pasar umbi Porang mencakup pasar luar negeri dan dalam negeri.

  1. Untuk pangsa pasar dalam negeri; umbi Porang digunakan sebagai bahan mie yang dipasarkan di swalayan, serta untuk memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik sebagai bahan dasar.
  2. Untuk pangsa pasar luar negeri; masih sangat terbuka yaitu terutama untuk tujuan Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa negara Eropa.

Produk dipasarkan oleh LMDH binaan Perum Perhutani dalam bentuk unbi basah dan umbi kering (chips).
(Sumber: Biro Pembinaan dan Konservasi SDH Perhutani)

Potensi Porang

Porang
Amorphophallus oncophyllus Prain
Nama umum
Indonesia:Porang, iles-iles (Jawa), ileus (Sunda)
Inggris:Elephant yam
Thailand:Buk Neua Sai
Amorphophallus oncophyllus
Porang

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Arecidae
Ordo: Arales
Famili: Araceae (suku talas-talasan)
Genus: Amorphophallus
Spesies: Amorphophallus oncophyllus Prain

Kerabat Dekat
Suweg, Bunga Bangkai Jangkung, Bunga Bangkai Raksasa


1. Potensi Budidaya porang
Tanaman Porang merupakan tumbuhan herba dan "menahun". Memiliki batang semu (sebenarnya tangkai daun) yang tegak, berkulit halus, berwarna hijau pucat dan putih yang belang-belang dan berkelok-kelok. Di ujung batang memecah menjadi tiga batang sekunder yang akan memecah lagi menjadi beberapa batang dimana helaian daun berjajar beriringan. Pada setiap pertemuan batang terdapat bubil/katak berwarna coklat kehitaman sebagai bahan perkembangbiakan tanaman. Di akhir musim hujan, batangnya akan rebah dan mati, selanjutnya umbi porang akan istirahat (dorman) tidak mengadakan aktivitas pertumbuhan sepanjang musim kemarau. Pada musim hujan umbi yang dorman di dalam tanah akan tumbuh tunas baru sehingga lama-kelamaan umbi semakin mengecil dan akan semakin membesar menjelang musim kemarau dan begitu selanjutnya.
Tanaman Porang yang telah berumur di atas tiga tahun, akan muncul bunga yang disangga tangkai bunga tunggal yang keluar tepat di pusat umbi. Tangkai bunga akan menjulur ke permukaan tanah, panjangnya bisa mencapai 0,5 m s.d. 1,5 m. permukaan tangkai bunga berwarna hijau segar dan berbau tidak enak. Tongkol bunga terdiri dari tiga bagian. Bagian paling atas merupakan bunga mandul, bagian tengah bunga jantan dan paling bawah merupakan bunga betina. Tinggi tanaman dapat mancapai 1,5 m tergantung pada tingkat kesuburan tanah. Dari bunga ini akan menghasil biji - biji yang dapat digunakan sebagai benih/bibit.
Budidaya Porang termasuk budidaya tanaman yang cukup mudah dan tidak terlalu intensif pemeliharaannya. Tanaman Porang merupakaan tanaman sangat pontensial dikembangkan dibawah tegakan hutan negara maupun hutan rakyat, sebab:
1. Porang hanya tumbuh dan berkembang dengan baik dibawah naungan dengan intensitas cahaya sebesar 60-70%. Kondisi ini memerlukan kondisi tegakan hutan yang baik sehingga secara tidak lansung mencegah terjadinya Illegal Logging dan mempertahankan keberadaan hutan negara dan hutan rakyat dalam waktu cukup lama.
2. Mencegah terjadinya penggembalaan liar di dalam kawasan hutan, karena dapat merusak porang yang ada di dalamnya (Tanah menjadi padat),
3. Mencegah terjadinya kebakaran di kawasan hutan, karena akan mematikan perkembangan/kelestarian Porang yang ada di dalamnya,
4. Porang berfungsi hidro orologi sebagai tumbuhan semak di dalam hutan dan mencegah erosi (run off),
5. Mempunyai nilai ekonomis dan produktif,
6. Merupakan jenis tanaman toleran yaitu tanaman yang mampu hidup dibawah naungan.
7. Meningkatkan pendapatan / kesejahteraan masyarakat sekitar tepian hutan,
8. Menciptakan lapangan kerja baru.
Dengan demikian antara tanaman porang (Amorphopallus onchophyllus) dengan tegakan hutan (hutan negara/hutan rakyat) mempunyai hubungan simbiosis mutuaslisme (saling menguntungkan), sehingga tanaman porang layak untuk dikembangkan dalam upaya pelestarian sumberdaya hutan dan sebagai sarana pengalihan orientasi dan mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan dari Hasil Hutan Kayu ke Hasil Hutan Bukan Kayu dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarkat. Budidaya Porang untuk satu hektarnya minimal 4 Ton per Hektar dan bila dibudidaya lebih intensif dapat mencapai 8 - 9 Ton per ha.
Tanaman Porang tidak dapat dikonsumsi atau digunakan secara langsung tapi harus diolah lebih lanjut karena mempunyai sifat gatal. Hasil olahan dalam bentuk tepung yang diolah secara pabrikan dan agak rumit. Tapi masyarakat mengolahnya dalam bentuk kripik kering yang dikirim ke pabrik. Perbandingan basah ke bentuk kering adalah 100 Kg basah menjadi 17 Kg Kering. Hasil olahan Porang ini digunakan untuk pencampur atau katalis makanan seperti jellly, ice cream, sosis, dan mie. Digunakan juga untuk bahan kosmetik. Pemasaran selain untuk kebutuhan dalam negeri juga diekspor ke Jepang, China, Eropa dan Kanada.

2. Porang di Indonesia
Tanaman porang yang hidup subur di kawasan hutan tropis ternyata memiliki nilai ekonomis yang cukup menjanjikan. Selain bisa ditanam di dataran rendah, Porang dengan mudah hidup di antara tegakan pohon hutan seperti misalnya Jati dan Pohon Sono. Beberapa bentuk usaha porang:
a. Budidaya porang
- Kerjasama antara Perhutani dan LMDH berkait pembudidayaan Porang seluas 37,4 Ha telah dimulai sejak tahun 2005- 2007 yang meliputi LMDH Ngudi Makmur Desa Katekan, Jati Makmur Desa Sumber Jatipohon, Wono Martani Desa Karangrejo, Batur Wana Desa Kemadohbatur, dan LMDH Hutan Lestari Desa Tambakselo.
- LMDH Jatimakmur yang memanfaatkan lahan mencapai 3.720 ha. Dari luasan itu, baru 500 ha yang ditanami porang. Selain di Kecamatan Rejoso.
- LMDH Argo Mulyo di Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk. Kelompok yang beranggotakan 239 pekebun itu membudidayakan porang di lahan 300 ha.
- Petani porang desa Klangon Kecamatan Saradan Madiun Jatim berhasil memetik keuntungan sebesar Rp 5,5 miliar dengan menanam Porang selama beberapa tahun. Di kawasan itu Porang dibudidayakan diatas lahan hampir 615 ha oleh 515 orang petani dengan produktivitas tanaman mencapai sembilan ton per ha Sementara total produksi adalah 5.535 ton sekali panen yang kemudian di ekspor ke sejumlah negara. Jepang adalah negara utama pengimpor Porang dari Indonesia. Umbi Porang menjadi menu favorit sebagian besar masyarakat disana setelah diolah menjadi makanan Konyaku (tahu) dan Shirataki (mie).
b. Industri pengolahan porang
- PT Agro Alam Raya adalah eksportir keripik porang di Jombang, Jawa Timur. Sedangkan kapasitas produksi hanya sanggup memasok 300 ton/tahun. Negara tujuannya adalah Australia. Sementara kebutuhan yang ditawarkan adalah 1000 ton/tahun. . Untuk memenuhi kebutuhan pasokan, Lukman mengerahkan 4 truk berkapasitas 9 ton yang setiap harinya menjemput porang segar dari para pekebun di Banyuwangi, Madiun, Nganjuk, dan Jember. Harga beli umbi porang segar di tingkat pekebun Rp800/kg.
- PT. Ambico, Ltd desa Carat, kec. Gempol, Pasuruan merupakan produsen olahan porang menjadi konyaku dan sirataki. Kebutuhan bahan baku segar saat ini 2.000 ton/tahun. Hasil olahan Ambico berupa shirataki dan konyaku. Menurut Sukirman, juru masak Restoran Hanamasa, kedua penganan itu merupakan menu utama yang disebut shabu-shabu. Shirataki dan konyaku dapat dikombinasikan dengan hidangan laut, daging, atau sayuran. Saat menikmati hidangan itu, biasanya tersedia saos thai suki yang rasanya kuat sehingga shirataki dan konyaku lebih nikmat.
- CV SKS Jaya dengan alamat Jl. Setra sari, Bandung, Jawa Barat merupakan industri pengolahan porang menjadi tepung dan chips.Mampu menghasilkan tepung dengan kadar glukomanan 60%

3. Prospek porang di Indonesia
a. Dengan harga jual Rp1.000/kg, pekebun masih memperoleh laba Rp500/kg. Hal itu lantaran pekebun tak perlu membeli atau pun menyewa lahan. Dengan bergabung dalam LMDH, pekebun mendapat hak pengelolaan lahan hutan secara cuma-cuma. Pemeliharaannya pun mudah. Cukup lakukan penyiangan bila tinggi gulma melebihi tanaman porang. Para pekebun juga dapat meraup penghasilan tambahan dengan menjual umbi katak yang jatuh untuk benih dan umbi segar. Harga jual umbi katak Rp8.000/kg. Bila umbi katak dibiarkan tumbuh, pekebun dapat menjualnya sebagai bibit dengan harga Rp2.000/batang.
b. Hasbullah salah seorang penyedia porang di nganjuk, jatum dengan harga Rp 6500,-/kg porang kering. Eksportir porang di Surabaya itu juga tidak menetapkan syarat ketat, yang penting umbi kering dan bersih dari cendawan. Umbi porang segar diiris dengan ketebalan 1 cm. Irisan itu kemudian dijemur hingga 3 hari. Pengeringan juga bisa dilakukan dengan oven. Agar benar-benar kering perlu pemanasan sekitar 1,5 jam. Umbi kering kemudian dikemas dalam karung plastik dan siap dikirim ke pabrik pengolahan di Surabaya.
c. Suratman di Desa Sambikerep, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Guru Sekolah Dasar itu membudidayakan porang di lahan 15 ha. Dari lahan itu Suratman memanen 75-150 ton umbi porang segar per tahun atau 5-10 ton/ha. Dalam setahun Suratman hanya sekali menanam porang. Sebab umbi porang hanya tumbuh subur di musim hujan. Umbi hasil panen dijual ke pengepul. Dengan harga jual Rp1.000/kg, total omzet yang diraih Suratman Rp75-juta-Rp150-juta per tahun atau Rp6,25-juta-12,5-juta per bulan. Dari harga jual itu Suratman mengutip laba bersih Rp500/kg atau Rp3,12- juta-Rp6,25-juta per bulan. Di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, itu tak hanya Suratman yang menangguk laba dari porang.
d. Menurut Suparno, wakil ketua Forum Komunikasi LMDH Jawa Timur, pekebun porang juga meluas di berbagai daerah seperti Madiun, Banyuwangi, dan beberapa daerah di Nusa Tenggara Barat. Masing-masing pekebun pun berlomba-lomba memperluas lahan garapan.
e. Pohon industri porang: umbi bisa dibuat : chips, chip setelah dimurnikan jadi tepung dibuat beraneka makanan: mie, tahu jepang, beras tiruan rendah kalori, bermacam-macam menu makanan namun baru jepangb yg bisa buat. saya belum penelitian utk itu. demannya ngak ada di Indonesia. nanti akan saya muat tulisan saya tentang ini. saya baru buat mie instan dan pangan darurat. juga dari tepung dibuat glukomanan bahan baku industri macam-2. limbah padatnya masih sdg riset utl lem dan lem lengket pada suhu kamar. Mata rantai industri porang ya: produsen biasanya petani hutan, tengkulak dea, tengkulak kecamatan, tengk. kota, tengk propinsi, industri pabrik industri olahan makanan spt; jelly drink, dsb. Manfaat lain porang antara lain dipakai sebagai perekat lem pesawat terbang, campuran bahan baku industri, bahan dasar industri perfilman, hingga diolah menjadi minuman penyegar tubuh. (H41-16) (Suara Merdeka).

4. Kendala usaha porang
a. Terbukanya peluang usaha porang bukan berarti tanpa aral melintang. Jumlah eksportir porang yang masih terbatas dikhawatirkan tercipta ketergantungan pasar. Menurut Lukman Hakim, saat ini baru terdapat 5 eksportir porang di Indonesia. Akibatnya, kendali harga ada di tangan para eksportir. Modal yang terbatas membuat para pekebun hanya mengandalkan keuntungan dari hasil penjualan umbi segar. Padahal, bila dijual dalam bentuk olahan, keuntungan bisa berlipat.
b. Salah satu zat manan itu digunakan sebagai bahan perekat, pembuat seluloid, kosmetik, makanan, hingga bahan peledak. Peluang usaha porang yang menggiurkan mendorong para pemasok mengambil jalan pintas. Mereka lebih memilih berburu di hutan-hutan ketimbang membudidayakannya di lahan. Akibatnya, populasi porang di alam terancam. Padahal, untuk memperoleh bibit para pekebun juga mengandalkan pasokan alam. Jika demikian, harta yang terpendam itu perlahan sirna (trubus).

Mendulang Jutaan Rupiah dari Porang

Tanaman porang, sejenis umbi-umbian yang tumbuh subur di hutan-hutan Jawa berhasil mengangkat kesejahteraan petani sekitar hutan. Mereka bisa mendulang jutaan rupiah dari panen tanaman ini per hektar.

Menelusuri jalan setapak di kawasan hutan jati Bendo Asri, terasa begitu nyaman. Udara segar dan suara kicau burung yang bersahutan melengkapi indahnya suasana hutan yang rimbun oleh pohon jati dan sonokeling yang berjejer. Semak belukar begitu lebat. Sesekali belalang berlompatan ketika terlewati. Hujan semalam membuat jalan yang dilalui becek dan licin.

Hampir satu jam berlalu, Kampung Cabean, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur, yang berbatasan langsung dengan hutan pun nampak. Satirun dan Suparno tinggal di sana. Tidak banyak yang tahu kiprah keduanya. Tetapi keberhasilannya membudidayakan porang telah mengantarkan keduanya sejahtera.

Dimulai tahun 2005 ketika Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Argomulyo berdiri, Satirun dan anggotanya para petani hutan diberi kesempatan untuk masuk dan ikut memanfaatkan hutan. Porang, pohon sejenis talas bercabang tunggal dan berumbi yang tumbuh di bawah tegakan jati dan sonokeling mereka kelola.

Dulu porang tumbuh sembarangan di hutan. Di hutan lindung yang berbatasan langsung dengan hutan Cabean akan mudah ditemukan tanaman jenis umbi-umbian yang memiliki lima lembar daun dari batang tunggalnya ini.

Menurut Satirun, menanam porang cukup dilakukan sekali dan seterusnya setiap tahun akan bisa memanen. Porang adalah pohon yang unik. Saat musim panas ketika pohon jati meranggas dan berguguran daunnya, porang ikut hilang. Namun tidak mati. Ketika musim hujan tiba ia akan tumbuh kembali dengan batang dan daun yang baru.

Pada tahun pertama, porang belum bisa dipenen. Baru di tahun kedua, setelah umbi berukuran 10-20 cm, porang dapat diambil. Tidak mudah memanen porang. Menurut Suparno, pemanenan dilakukan ketika porang sudah melewati masa dorman (tidur). Ketika itu pohon tidak nampak, tapi jejak tanda menjadi pemandu petani dalam memanen porang.

Saat dipanen, porang yang berkadar air 20 persen ini dihargai Rp1.500- Rp1.900 per kg. Dengan harga Rp1.500 per kg itu, petani bisa mendulang penghasilan dari budidaya porang ini sebesar Rp12 juta per hektar. Pasalnya, setiap hektar mampu menghasilkan panenan sebesar 8 ton.

Setelah dirajang dan dijadikan keripik, porang yang memiliki rendemen 23-25 persen dihargai Rp15. 000 per kg di pasar lokal. “Kami biasanya mengirim keripik ini ke PT Ambiko di Sidoarjo,” kata Satirun. Perusahaan tersebut sejauh ini juga memproses tepung porang untuk dijadikan makanan tahu dan mie yang kemudian diekspor ke Jepang.

Diekspor ke Hongkong
Syahdan, tahun 2007, Prof. Hirositotsi, peneliti porang dari Jepang datang menemui Satirun. Di hadapan petani, sang Profesor itu mencicipi keripik porang. Sepeninggal tamunya itu, Satirun mencoba memakan keripik porang itu. Tidak lama berselang mulut Satirun gatal-gatal.

Lain lagi pengalaman Suparno. Ketika istrinya jatuh sakit dan diharuskan menjalani perawatan dan operasi pencernaan, lantaran kebentur biaya Suparno mengaku tidak sanggup. Istrinya pun dibawa pulang ke rumah. Karena harus memakan bubur tepung, Suparno mencoba membuat bubur dari satu sendok tepung porang yang dicampur dengan dua gelas air. Setelah mengkonsumsi jel porang itu secara terus-menerus, di luar dugaan istri Suparno pun sembuh hingga hari ini.

Itu hanya sepenggal pengalaman dua tokoh tani hutan ini dengan porang yang mereka tanam di lahan hutan seluas 254 hektar tahun 2005 dan menjadi 300 hektar tahun 2009. Lebih dari itu, Suparno dan Satirun yang mengaku telah mampu mengakses pasar internasional ini, telah melakukan ekspor keripik porang langsung ke Hongkong.

Porang yang diolah di pabrik sederhana milik LMDH bantuan pemerintah tahun 2007 – total bantuan sebesar Rp325 juta, dengan rincian Rp225 juta dipakai untuk membangun pabrik dan Rp100 juta untuk budidaya – ini, dikemas dalam kontainer ukuran 20 feet. Keripik porang seberat 10 ton itu kemudian siap dikapalkan di Surabaya.

Setelah dokumen terurus dan dikirim melalui email, pembayaran segera dilakukan pembeli di Hongkong. Rekening LMDH pun bertambah. Selepas itu, barulah kontainer yang berisi keripik itu pun dikapalkan.

Tahun 2007, kata Suparno, harga keripik itu di pasar ekspor mencapai US$1,1 dolar per kg. Tahun 2008, tepatnya bulan Mei ketika LMDH berhasil mengirim 10 kontainer seberat 104 ton dari 210 ton keripik porang yang dipanen, harga ada pada kisaran US$1,5 per kg. ”Saat dolar Rp9.500, kami mengantungi sekitar Rp100 juta per container,” kata Suparno yang kini paham benar istilah pengapalan dengan pola FOB ini.

Permintaan keripik porang tidak terbatas jumlahnya. Untuk memenuhi permintaan, Satirun dan Suparno harus berburu porang hingga ke Majalengka, Jawa Barat. “ Semua porang di Jatim sudah terserap pabrik, kini kami mengambil dari petani-petani hutan di Jabar dan Jateng,” ungkap Satirun sambil memperhatikan anggotanya yang kerja di pengolahan yang sedang menimbang dan mencuci porang yang akan disayat dan dioven karena matahari tidak cukup sinarnya untuk mengeringkan keripik porang.

Sebagai masyarakat dan petani yang dibina oleh Perum Perhutani, mereka tidak melupakan akses yang mereka dapat dari hutan yang dikelola BUMN tersebut. dan mereka juga kini tergantung dari keutuhan rindangnya hutan milik negara yang harus dijaga bersama-sama. “Kami bisa meningkatkan kesejahteraan ini karena kami sanggup kerja sama yang baik dengan Perhutani,” celetuk Satirun sambil memainkan telepon genggam seri terbarunya.

Ririh Prabowo, dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk mengatakan, kini petani telah menikmati hasil dari budidaya porang di hutan produksi yang dikelola Perhutani. Permasalahan yang ada saat ini, untuk produk porang, ijon sudah muncul di kalangan petani penggarap. Ini akan mengganggu program pemberdayaan petani yang ada

sumber

http://www.tropisnews.com/detail.php?view=berita&id=16